Lawan Kata atau Antonim Pengertian dan Contohnya
Pengertian Antonim
Dalam keterangan Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesi (TABI) Pusat Bahasa, antonim memiliki pengertian: kata yang berlawanan maknanya dengan pasangan kata yang lain. Pengertian tersebut bisa dilihat di sampul belakang Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Pengertian antonim tersebut merupakan salah satu dari empat pengertian dari istilah yang ada di dalam tesaurus tersebut yaitu pengertian sinonim, hipnim, dan meronim. Dalam pengertian tersebut, contoh yang digunakan untuk menggambarkan pasangan arti kata yang berlawanan adalah kata baik yang berlawanan maknanya dengan buruk.
Contoh dan pengertian antonim yang ditulis dalam tesaurus yang disusun secara alfabetis tersebut merupakan contoh yang sederhana. Karena terlalu sederhana, kurang menjelaskan tentang contoh lain, misalnya. Jika kata baik beralawanan dengan buruk, apakah juga berlawanan dengan kata lain?
Maka dari itu, penjelasan mengenai lawan kata alias antonim dalam tulisan ini akan lebih diperluas. Tetapi masih tetap merujuk pada pengertian yang dikeluarkan oleh lembaga resmi pemerintah di bidang bahasa yaitu pusat bahasa.
Ditelaah lagi pengertian lawan kata atau antonim dalam tesaurus, yaitu: kata yang berlawanan maknanya dengan pasangan kata yang lain. Ada dua frasa penting yang terdapat dalam pengertian tersebut yaitu kata beralwanan maknanya dan frasa pasangan kata. Jadi, sebuah kata dapat memiliki antonim lebih dari satu, bergantung dari jenis pemasangannya.
Pasangan kata yang dimaksud adalah kata yang sejenis. Baik dari segi jenis kata, misalnya sama-sama sifat, seperti contoh antonim sebelumnya. Sifat baik, berlawanan dengan sifat buruk.
Berdasarkan telaah pengertian antonim atau lawan kata tersebut, dapat diketahui bahwa tidak semua kata memiliki antonim. Hal ini dikarenakan tidak semua kata memiliki pasangan. Misalnya, kanan pasangannya adalah kiri. Maka ini berlawanan maknanya, berarti antonim kata kiri adalah kata kanan.
Depan berpasangan dengan belakang, keduanya kata depan dan kata belakang saling berlawanan makna, berarti depan antonim belakang.
Akan tetapi, pasangan kata bisa lebih dari satu. Misalnya, kata depan belawanan dengan belakang tetapi juga berlawanan dengan kata samping. Dalam kasus ini, masing-masing kata tersebut bisa saling dipasangkan, tetapi pasangan memiliki arti ‘yang bukan’ atau ‘yang tidak’.
Logika ‘yang bukan’ dan ‘yang tidak’ bisa diterapkan di setiap contoh antonim. Misalnya baik memiliki antonim buruk. Yang tidak baik, berarti buruk.
Dengan penggunaan logika yang bukan dan yang tidak ini, pemahaman terhadap lawan kata atau antonim akan lebih sempurnya. Misalnya kata hitam secara umum merupakan lawan kata putih saja. Padahal hitam juga berlawanan dengan putih, merah, kuning, hijau, oranye, biru, ungu, dan seterusnya. Masing-masing warna merupakan lawan kata dari warna yang lain. Merah tidak hanya berlawanan dengan putih, tetapi juga berlawanan dengan seluruh warna.
Kembali ke pengertian pasangan kata dan sejenis. Yang bisa dilawankan, adalah kata yang serupa. Sama-sama warna. Merah merupakan antonim dari kuning. Tetapi warna tidak dapat diantonimkan dengan ukuran, misalnya kata tinggi antonimnya adalah rendah. Tinggi dan rendah merupakan sama-sama ukuran. Jadi, sejenis yaitu sama-sama ukuran.
Meskipun sama-sama ukuran juga memiliki ‘tingkat’ antonim yang lebih spesifik lagi. Misalnya: tinggi antonim rendah, panjang antonim pendek, besar antonim kecil. Kata tinggi dan kata rendah merupakan ukuran yang ‘biasanya’ diukur dari permukaan air laut. Kata panjang dan pendek merupakan ukuran jarak (mirip dengan jauh dan dekat). Sementara besar dan kecil merupakan ukuran isi atau volume.
Berikut diberikan beberapa contoh antonim (lambang >< berarti ‘antonim’).
Merah >< putih >< kuning >< hijau >< hitam >< ungu >< orange >< jingga >< abu-abu
Samping >< depan >< belakang >< atas >< bawah >< dalam
Tengah >< ujung >< tepi
Tampan >< jelek >< cantik
Lembut >< halus >< kasar >< rata >< bergelombang
Semoga bermanfaat!
Salam !