Selasa, 28 April 2020

BAB I PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Perancangan
Seni batik adalah salah satu kesenian khas Indonesia yang telah berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah budaya bangsa Indonesia. Banyak hal yang terungkap dari seni batik, seperti latar belakang kebudayaan, kepercayaan, adat-istiadat, sifat, tata kehidupan, tingkat ketrampilan, dan lain-lain. (Djumena,1990:9)
Khasanah budaya bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan warna batik dengan ciri-ciri tersendiri. Jenis dan corak batik tergolong sangat beragam, namun motif dan penggunaannya sesuai dengan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Sebagian besar masyarakat Indonesia telah mengenal batik baik dalam coraknya yang tradisional maupun yang modern. Pada umumnya batik digunakan untuk kain jarik, kemeja, spray, taplak meja, dan busana wanita.
Perkembangan batik pada masa sekarang sangat bervariasi baik dari segi motif, warna, dan bahan dasar yang digunakan, sehingga dimungkinkan terjadinya bermacam produk batik dengan berbagai fungsi untuk konsumsi masyarakat lokal maupun luar negeri. Dalam hal ini, sangat terbuka kemungkinan munculnya batik kreasi baru yang dikemas untuk tujuan itu. Motif batik kreasi baru yang dijumpai saat ini merupakan terinspirasi dari batik tradisi, yang ornament dan motifnya tidak lagi seperti pola batik tradisional. Pada batik kreasi baru lebih bebas dan tidak terikat lagi oleh aturan atau ciri-ciri yang sangat dominan pada pola batik klasik (tradisional). Baatik kreasi baru lebih bebas dan tidak terikat lagi oleh  ketentuan yang ada, tetapi tergantung pada penciptanya, batik kreasi baru diciptakan sebagai alternatif dalam perancangan batik untuk pemenuhan pasar atau bisa juga sebagai ajang untuk bereksperimen sebagai karya seni.
    Membatik pada dasarnya sama dengan melukis pada sehelai kain putih, sebagai alat melukis dipakai canting dan sebagai bahan melukis dipakai cairan malam, penggoresan cairan malam dengan tujuan untuk perintang warna.  Perintangan tersebut dilakukan dengan jalan menempelkan malam pada permukaan kain. Selanjutnya dilakukan pencelupan dalam larutan zat warna pada suhu dingin sehingga memungkinkan lelehnya malam dapat dihindarkan dan terjadi pewarnaan pada tempat-tempat yang tidak ditempeli malam istilah ini biasa kita sebut sebagai teknik resist dye (Oriyati, Chatib, 1987:89).
Teknik resist dye sudah lama dikenal diberbagai negara. Pada umumnya sebagai bahan perintang warna dipakai berbagai jenis malam atau bubur yang terbuat dari gandum, beras ketan,  paraffin dan alginat,  sebagai alat melukis dipakai berbagai bentuk alat, antara lain canting,  kuas, botol gutta, dan lain-lain. (Djumena, 1990:1)
Malam atau lilin batik merupakan bahan yang umum digunakan dalam membatik, sedangkan lilin batik yang  sering kita kenal adalah lilin batik klowong, tembokan, dan lilin batik remukan atau lilin parafin, yang semuanya itu dikategorikan sebagai malam panas, karena untuk menggunakan lilin tersebut harus dipanaskan terlebih dahulu. Bahan ini sangat cocok untuk perintang warna pada semua kain yang terbuat dari serat alam seperti; katun, sutra, linen, blacu, dan lain-lain. Proses pewarnaan dalam batik ini biasanya dengan teknik celupan atau coletan dengan mendahulukan warna muda terlebih dahulu sampai kewarna tua. Penggunaan larutan zat warna alam atau zat warna sintetis, proses pewarnaan dengan suhu dingin yang bertujuan untuk menghindari lelehnya lilin batik. Namun ada juga batik pada kain polyester dari serat buatan, salah satu jenis serat sintetis yang mempunyai sifat tahan kusut, tahan asam, tahan terhadap reaksi kimia, tahan terhadap jamur dan mempunyai daya serap terhadap air yang lemah. Polyester dibuat dari asam tereftalat dan etelena glikol.
Batik pada kain polyester  berbeda dengan batik pada kain katun, terutama dalam penggunaan malam dan zat warna yang akan digunakan, dalam batik polyester menggunakan malam dingin yaitu bubur alginat. Pembuatan bubur alginat adalah dengan cara bubuk alginat ditaburkan sedikit demi sedikit kedalam air dingin atau panas disertai dengan adukan yang merata sehingga sampai pada kekentalan tertentu.
Alginat merupakan serbuk untuk mengantarkan zat warna kain sebagai bahan pengental, agar zat warna dapat dicapkan sesuai corak yang dikehendaki. Bahan ini terbuat dari rumput laut yang dicampur dengan bahan lain, sangat lengket sehingga baik untuk perintang warna pada semua jenis kain terutama untuk jenis kain polyester (Rahayu, Nurhasan, 1982:52)
Zat warna yang digunakan dalam batik polyester adalah  zat warna yang bisa menyatu dengan kain polyester dengan menggunakan zat warna dispers. Zat warna dispers pada umumnya digunakan pada bahan tekstil yang terbuat dari serat buatan, terutama serat polyester dan serat asetat rayon. Selain itu juga digunakan dalam pencapan poliamida dan poliakrilit. Zat warna dispers mempunyai banyak pilihan warna seperti; merah, kuning, biru, hijau, coklat, violet, pink, dll. Sedangkan untuk memperoleh warna yang diinginkan bisa dengan mencampurkan kedua zat warna tersebut (Oriyati, Chatib, 1987:72)
Zat warna dispers merupakan zat warna yang sedikit larut dalam air, dan bila larut merupakan larutan dispers. Zat warna ini dipakai untuk mencelup serat polyester (tetoron). Pencelupan harus dilakukan pada suhu 100°C, dan menggunakan zat pengemban (carrier) yang akan membantu penyerapan zat warna oleh serat. Hasil akhir dari pewarnaan dispers akan meresap masuk ke dalam serat kain, dan menyatu dengan serat kain sehingga hasil pewarnaan lebih tahan lama (Josep. 1997:34)  
Bubur alginat sangat tahan terhadap panas pada saat proses fiksasi, sehingga  penggunaan bubur alginat mutlak digunakan. Fiksasi adalah proses penguncian zat warna dispers dengan cara dipanaskan dengan uap air (steaming), dengan panas tinggi (high temperature), oven  dan cara setrika juga bisa diterapkan pada proses fiksasi ini. Untuk hasil akhir, zat warna dispers meresap masuk dalam serat kain, maka hasil warnannya memiliki kedalaman (deep Colour), lebih cerah (bright), dan tahan lama. (Garnadi. 2005:23).
Batik pada kain  polyester dengan menggunakan bubur alginat, dalam proses pewarnaan tidak dianjurkan  dengan teknik celupan, karena bubur alginat tidak tahan terhadap air tetapi hanya  tahan terhadap uap panas. Teknik coletan atau pewarnaan setempat dengan menggunakan kwas, merupakan cara yang tepat. Bubur alginat mempunyai sifat yang sangat lengket, tidak mudah retak, lentur dan daya rekat yang sangat kuat sehingga dapat melekat pada kain dengan baik.
Berdasarkan uraian dan keterangan tersebut di atas, penulis ingin memanfaatkan bubur alginat sebagai alternatif dalam proses batik pada kain polyester, karena memang masih sangat jarang sekali kita jumpai. Bubur alginat termasuk dalam kategori malam dingin, artinya cara penggunaan malam dalam keadaan dingin. Alginat juga  memiliki sifat yang lengket sehingga dapat melekat dengan baik.
Berawal dari ide atau gagasan tersebut, maka muncul keinginan untuk mengembangkan  batik pada kain polyester dengan memanfaatkan bubur alginat sebagai bahan dalam membatik, yang selanjutnya diaplikasikan sebagai pakaian  kasual remaja wanita dikhususkan untuk usia 16 sampai dengan 19 tahun, dengan harapan akan dapat mengembangkan fungsi batik.

B. Pembatasan Masalah
1.    Proses perancangan batik pada kain polyester yang akan difungsikan untuk  pakaian  wanita remaja dengan menggunakan bubur alginat sebagai pengganti lilin dalam proses batik.
2. Batik pada kain polyester difungsikan untuk pakaian kasual, dengan pertimbangan aktivitas remaja melakukan kegiatan diluar rumah dan lebih banyak cenderung aktif. Perancangan pakaian remaja wanita dikhususkan untuk usia 16 sampai dengan 19 tahun, karena remaja pada usia ini tahu akan mode dan mudah mengikuti mode yang berkembang.

C. Rumusan Masalah
    Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka masalah yang akan diangkat pada proyek ini adalah sebagai berikut :
1.    Proses pembatikan pada kain polyester dengan menggunakan bubur alginat mulai dari penggoresan  bubur alginat sampai pada proses pewarnaan dengan pewarnaan zat warna dispers agar diperoleh motif dan warna yang menarik.
2.    Perancangan suatu pakaian dengan teknik batik malam dingin untuk wanita remaja dengan mengambil motif bunga mawar dengan gaya ekspresif, sehingga motif tersebut  menjadi elemen hias pada pakaian agar terlihat sesuai dengan keinginan remaja wanita sekarang.

D. Tujuan Perancangan
1.    Pemanfaatan bubur alginat sebagai bahan perintang batik pada kain polyester.
2.    Menambah koleksi pakaian wanita remaja dengan desain pakaian yang ekskluisif dengan menggunakan teknik batik pada kain polyester, dapat menghasilkan desain pakaian yang ekspresif, indah, menarik dan sesuai dengan jiwa anak muda.
3.    Menampilkan keserasian wanita remaja dengan memakai pakaian kasual yang menggembangkan motif bunga mawar dengan gaya ekspresif, dengan teknik batik malam dingin menggunakan bubur alginat yang dapat memberikan alternatif pilihan dalam merancang pakaian.

E. Manfaat Perancangan
1.   Secara Keilmuan  
Manfaat yang diperoleh dalam bidang keilmuan adalah dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan secara mendalam tentang bubur alginat dalam proses perancangan batik pada kain polyester dengan menggunakan malam dingin, yang diaplikasikan untuk pakaian wanita remaja.
2.   Pihak-pihak terkait dan masyarakat
Pihak-pihak terkait dan masyarakat terkait dapat menambah wawasan dan alternatif produk bagi produsen/konsumen yang akan dipasarkan untuk para remaja wanita sekarang. Bagi pemakai manfaat yang didapat oleh para remaja wanita sekarang dengan perancangan kali ini, yaitu selain mendapatkan pilihan yang beragam untuk tampil modis, juga lebih percaya diri dengan model yang  berbeda dan bersifat eksklusif desain.
3.  Pihak Lembaga
Pihak Lembaga terutama adalah Fakultas Sastra dan Senirupa jurusan  Kriya Seni Tekstil, dapat menambah referensi karya Tugas Akhir dalam pembuatan batik pada kain polyester dengan pewarnaan zat warna dispers yang memanfaatkan bubur alginat sebagai pengganti lilin dalam proses batik.
4.   Penulis
Manfaat bagi penulis adalah mendapatkan masukan baru dalam pengetahuan tentang bubur alginat dan zat warna dispers, sehingga dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan antara malam dingin dan panas.

F. Teknik Pengumpulan Data
1.   Wawancara
        Wawancara dilakukan kepada orang yang ahli dibidangnya yaitu :
a.    Doddie K. Permana selaku pimpinan perusahaan sekaligus sebagai desainer yang memproduksi desain tekstil yang diaplikasikan langsung pada kain sutra, polyester, ataupun katun, dengan memakai teknik Hand Printing, Painting, Airbrushing, Outlining, Tie-Dyeing (ikat), dan Batik. Yang semuanya dikerjakan dengan tangan (Hand Made – Crafts), yang beralamatkan di Jl. Taman Aeromodeling No:33 Arcamanik – Bandung. Telp & Fax. 022 – 7103577, Email: doddiecrafts@yahoo.com. Dari hasil wawancara dengan beliau mendapatkan banyak masukan tentang bagaimana cara mendisain tekstil agar diminati oleh konsumen. Yaitu dengan cara mengolah kreatifitas dalam mendisain, mengerti akan kebutuhan dan keingginan konsumen.
b.    Tresna selaku karyawan DoddieCrafts yang menguasai dalam pewarnaan pada kain polyester, khususnya tentang proses pewarnaan dengan zat warna dispers, proses fiksasi, kelebihan serta kekurangan zat warna dispers telah beliau pelajari sehingga cukup berpengalaman.
Dari hasil wawancara dengan beliau, mendapat pelajaran baru tentang bagaimana proses pewarnaan zat warna dispers sampai dengan proses fiksasi.
c.    Asep selaku karyawan DoddieCrafts, yang ahli dalam proses pembuatan batik pada kain polyester atau di sini biasa disebut dengan teknik outline,  di samping itu beliau juga menguasai teknik airbrush, dan painting.
Dari hasil wawan cara dengan beliau mendapatkan pelajaran baru tentang bagaimana proses pembatikan dengan bubur laginat pada kain polyester, atau yang biasa kita sebut dengan outline.
d.    Wawancara juga dilakukan kepada beberapa remaja wanita guna memperoleh informasi tentang mode yang  diinginkan para remaja sekarang. Juga dilakukan pembagian koesioner untuk mengetahui mode dan  motif apa yang di inginkan remaja  sekarang.
Dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber, mendapatkan benyak masukan tentang apa-apa  yang perlu diperhatikan dalam perancangan.
1.    Dari hasil wawancara dengan Doddie K. Permana yaitu disainer dituntut untuk kreatif dalam mendisain,  mengerti akan kebutuhan dan keingginan konsumen. Sebagus apapun karya kita kalau hasil dari meniru karya seseorang, maka belum bisa dikatakan kreatif, kreatifitas muncul dari diri kita sendiri untuk selalu menawarkan ide-ide baru. Oleh karena itu, maka muncul sebuah keinginan untuk berkreatifitas dengan merancang sebuah pakaian untuk remaja wanita dengan  teknik batik malam dingin pada kain polyester, yang mengambil motif bunga mawar dengan gaya ekspresif desain.
2.    Proses pembuatan karya akan menghasilkan sebuah karya yang maksimal jika dilakukan dengan cara yang benar. Dalam hal ini, karya yang dibuat adalah menggunakan  teknik batik dengan malam dingin menggunakan bubur alginat pada kain polyester dengan pewarnaan zat warna dispers. Maka dilakukan wawancara dengan Tresna selaku karyawan DoddieCrafts yang menguasai dalam pewarnaan pada kain polyester, khususnya tentang proses pewarnaan dengan zat warna dispers, proses fiksasi, kelebihan serta kekurangan zat warna dispers telah beliau pelajari sehingga cukup berpengalaman. Dari pengarahan beliau mencoba untuk diterapkan dalam Tugas Akhir ini dan telah dilakukan dengan hasil yang cukup baik.
3.    Pembuatan batik pada kain polyester atau biasa disebut dengan teknik outline ini menggunakan bubur alginat untuk merintangi warna. Untuk mengetahui lebih jauh tentang hal tersebut, maka dilakukan wawancara dengan Asep selaku karyawan DoddieCrafts yang telah memberikan pengarahan tentang kelebihan dan kekurangan bubur alginat. Beliau mengatakan bahwa alginat merupakan bahan perintang yang terbuat dari rumput laut dandicampur dengan bahan lain, sehingga dapat digunakan untuk perintang warna pada kain polyester atau katun, karena sifatnya yang lengket dan merekat dengan baik.
4.    Dalam perancangan tentu yang diharapkan adalah hasil rancangan kita dapat diterima oleh konsumen, oleh karena itu dilakukan wawancara dengan maka dilakukan wawancara dengan para remaja wanita. Dari hasil wawancara dengan para remaja wanita, mereka kebanyakan dalam berpakaian lebih menyukai model yang simpel dan tetap terlihat feminim. Begitu juga dengan motif yang ditampilkan dalam pakaian, masih banyak yang menyukai dengan motif bunga. Maka dalam perancangan Tugas Akhir ini dirancang sebuah pakaian kasual utnuk remaja wanita yang ingin terlihat feminim dengan motif bunga mawar dengan gaya ekspresif.
2.   Observasi
Observasi dilakukan untuk menambah pengetahuan secara mendalam mengenai desain yang akan dibuat. Pengamatan tersebut meliputi desain pakaian, bahan yang digunakan, aksesoris pendukung untuk mempercantik penampilan motif-motif kain dan sebagainya. Observasi tersebut dilakukan di beberapa pusat perbelanjaan, butik pakaian,  dan conter-conter pakaian.
Observasi juga dilakukan pada perusahaan DoddieCrafts, yang memproses kain dengan teknik airbrush, outline, handpainting, dan lain-lain guna memperoleh informasi sekaligus pengarahan tentang batik pada kain polyester dengan memanfaatkan bubur alginat sebagai malam dingin dan macam-macam teknik pewarna pada kain polyester dengan teknik resist dye.
3.   Kuesioner
Pembagian koesioner dilakukan di SMK Negeri 1 Tegal dan SMK Negeri 2 Adiwerna di Kota Tegal, dengan membagikan sebanyak 100 selebaran. Namun dari 100 selebaran yang dibagikan, ada 2 selebaran yang tidak kembali. Dari koesioner yang dibagikan kepada remaja wanita, dalam berpakaian mereka yang ingin tampil feminim terdapat 51%, mereka yang ingin tampil  biasa-biasa saja terdapat 40%, sedangkan yang ingin tampil tomboy dalam berpakaian terdapat 7%. Dari hasil tersebut bisa disimpulkan bahwa para remaja sekarang masih banyak yang menginginkan untuk tampil feminim.
4.   Dokumentasi dan Pustaka
Untuk menguatkan hasil dalam penulisan ini maka digunakan buku-buku tentang mode, majalah, serta foto-foto sebagai acuan dalam pembuatan Tugas Akhir.