Senin, 27 April 2020

Durmagati

Guru Madrasah
DURMAGATI adalah salah seorang diantara 100 orang keluarga Kurawa (Sata Kurawa) yang terkemuka. Ia putra Prabu Drestarasta, raja negara Astina dengan Dewi Gandari. Dari 100 orang saudaranya yang dikenal dalam pedalangan adalah diantaranya adalah : Duryudana (raja negara Astina), Bogadatta (raja negara Turilaya), Bomawikata, Wikataboma, Citraksa, Citraksi, Citraboma, Citrayuda, Carucitra, Dursasana (Adipati Banjarjumut), Durmuka, Durgempa, Gardapati (raja negara Bukasapta), Gardapura, Kartamarma (raja negara Banyutinalang), Kartadenta, Surtayu, Surtayuda, Windandini (raja negara Purantara) dan Dewi Dursilawati.




Durmagati memiliki perwatakan; lucu, acuh tak acuh, banyak akal dan pandai bicara. Kalau bicara sengau. Beberapa dalang seperti Pak Anom Suroto menggunakan dialek Jawa Timuran untuk memperkuat karakter tokoh ini menjadi seorang yang vokal dan lucu.                         

Dalam pentas wayang semalam suntuk, ketika adegan pasewakan jawi biasanya yang kiprah ‘menari dengan ekspresi gembira dan bersemangat’ adalah Dursasana. Namun tidak jarang tokoh Durmagati ini sesekali juga dipakai dalang untuk kiprah. Mungkin sebagai selingan supaya tidak selalu  wayang Dursasana yang kebagian jatah kiprah. Selain penonton bosan, dalang sendiri sering juga terjebak rasa bosan.

Sebagai salah satu murid Resi Krepa dan Pendeta Drona, ia  mahir dalam  olah keprajuritan dan menggunakan  senjata gada, panah  dan trisula. Ketika berlangsung perang Bharatayuda, Durmagati bersama beberapa orang saudaranya, diantaranya; Citrakundala, Durbahu, Durgama, Jalasaha, Jalasantana, Jalasuma dan Bimasuwala bermaksud mengeroyok Bima yang sedang mengamuk menuntut balas atas kematian Gatotkaca. Dalam peperangan tersebut, Durmagati dan sembilan orang saudaranya tewas terkena hantaman gada Rujakpolo.